Oleh : Siti Nurul Qomariyah, S.Pd.
Awal Maret 2020, Indonesia digemparkan dengan munculnya suatu virus yaitu virus COVID-19. Virus yang semula mewabah di Wuhan, Cina. Pemerintah menghimbau kepada masyarakat agar tidak panik, namun dari hari ke hari virus tersebut semakin menyebar dan mengakibatkan banyak dari masyarakat mengalami gangguan pernafasan bahkan tidak sedikit yang berujung meninggal.
Dari hal tersebut, cukup berdampak besar bagi banyak aspek kehidupan manusia. Karena sebagai pencegahan terhadap virus tersebut dibuatlah beberapa peraturan diantaranya menjaga jarak. Manusia yang pada kebiasaan sebelumnya selalu berinteraksi secara langsung dengan manusia lain, kali ini sebagai pencegahan dari COVID-19 harus mulai membiasakan diri untuk menjaga jarak dan berinteraksi secara tidak langsung. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan, Pemerintah waktu itu membuat keputusan untuk pengalihan pembelajaran sementara. Pembelajaran tatap muka beralih menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring). Keputusan ini adalah sebagai wujud pemenuhan protocol kesehatan, yaitu menjaga jarak dan mengurangi kerumunan. Selain itu, langkah ini sebagai alternatif agar pelajar dan Guru tetap dapat melakukan pembelajaran.
Pembelajaran daring, yang semula seminggu diperpanjang menjadi dua minggu. Dan diperpanjang hingga batas yang belum bisa ditentukan. Hingga pada awal tahun 2022, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai diberlakukan. Dari PTM terbatas, hingga tanpa batas. Terhitung kurang lebih 2 tahun Pembelajaran dalam jaringan, artinya Peserta Didik belajar dari rumah. Waktu yang tidak sedikit tersebut membuat Peserta Didik terbiasan dan nyaman untuk belajar di rumah.
Pasca COVID-19, saat diberlakukannya PTM 100% banyak Peserta Didik yang belum siap. Apalagi dengan mata pelajaran matematika, tentu mendengar saja sudah membuat Peserta Didik enggan dan kurang antusias. Dijelaskan secara langsung di dalam kelas saja beberapa Peserta Didik masih kurang paham dan susah memahamai apalagi jika dibawakan secara daring, tutur salah satu Peserta Didik.
Dampak dari pembelajaran secara daring untuk mata pelajaran matematika sendiri adalah pemahaman dasar matematika yang rendah. Sehingga saat pertemuan tatap muka dan dihadapkan dengan mata pelajaran matematika tingkat lanjut, banyak yang kesusahan dalam memahami. Karena itu perlu dilakukannya strategi pembelajaran.
Strategi yang dapat dilakukan Guru diantaranya adalah :
1. Bersemangat.
Mulai dari Gurunya sendiri, sehingga diharapkan dapat menyalurkan semangat belajar kepada Peserta Didik.
2. Menerapkan materi dalam dunia nyata
Dengan membawa matematika pada kehidupan sehari-hari atau pada hal-hal yang menjadi dunia Peserta Didik, tentu Peserta Didik akan lebih mudah memahami dan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar
3. Menemukan cara khusus dalam pembelajaran
Pada dasarnya membuat pembelajaran yang menyenangkan, akan membuat Peserta Didik betah untuk berlama-lama dalam pembelajaran. Mata pelajaran apapun, jika pembawaan atau penyampaian dibawakan dengan cara khusus yang dapat menarik antusias tentu tidak ada lagi Peserta Didik yag beralasan tidak mengikuti pelajaran. Tidak terkecuali matematika.
Dengan beberapa strategi yang dilakukan, matematika pasca COVID-19 diharapkan dapat kembali kondusif, menyenangkan, dan menumbuhkan semangat belajar Peserta Didik.